Pengategorian Terjemahan Menurut Jakobson: Mengungkap Makna Melalui Proses Linguistik

Pengategorian terjemahan merupakan proses penting dalam penerjemahan, di mana teks dalam bahasa asal (source language) harus dipindahkan ke dalam bahasa sasaran (target language) dengan mempertimbangkan konteks, makna, dan tujuan komunikasi. Salah satu tokoh penting dalam studi penerjemahan adalah Roman Jakobson, seorang ahli linguistik dan sastra asal Rusia yang hidup pada abad ke-20. Jakobson memperkenalkan beberapa kategori penerjemahan yang menjadi landasan bagi pemahaman tentang penerjemahan dan komunikasi lintas bahasa. Artikel ini akan membahas secara mendalam pengkategorian terjemahan menurut Jakobson dan bagaimana pendekatan ini membantu mengungkap makna dalam proses penerjemahan.

Roman Jakobson: Profil Singkat

Roman Jakobson, lahir pada tanggal 11 Oktober 1896, adalah seorang sarjana linguistik, sastra, dan budaya yang mempengaruhi pemikiran di berbagai bidang. Ia berkontribusi besar dalam studi bahasa, terutama dalam memahami komunikasi dan penerjemahan. Pada tahun 1920, ia menjadi salah satu anggota pendiri Masyarakat Formalis Rusia, kelompok yang terlibat dalam pengembangan analisis sastra berbasis struktural. Namun, pada tahun 1940-an, Jakobson meninggalkan Rusia karena meningkatnya kekuasaan rezim Soviet dan kemudian menetap di Amerika Serikat.

Di Amerika Serikat, Jakobson bergabung dengan Institut Riset Pendidikan Ekstensi di Harvard dan meneruskan karyanya dalam linguistik dan teori penerjemahan. Ia menjadi pengaruh besar dalam pengenalan teori strukturalisme di Amerika Serikat dan mengembangkan teori komunikasi, salah satunya adalah model komunikasi Jakobson yang terkenal. Model ini menjelaskan komunikasi sebagai proses yang melibatkan enam unsur, yaitu pengirim (sender), penerima (receiver), pesan (message), saluran (channel), kode (code), dan konteks (context).

Pengategorian Terjemahan oleh Jakobson

Jakobson juga mengemukakan gagasan tentang penerjemahan yang terkenal dalam esainya berjudul "On Linguistic Aspects of Translation" (1959). Dalam esai tersebut, ia membahas enam kategori terjemahan yang berfungsi sebagai panduan untuk memahami berbagai jenis terjemahan. Kategori-kategori ini melibatkan fungsi-fungsi komunikasi yang berbeda, yang diadaptasi ke dalam konteks penerjemahan. Berikut adalah enam kategori penerjemahan menurut Jakobson:

Terjemahan Intralingual (Intralingual Translation)

Terjemahan intralingual atau sering disebut "rewording" adalah proses mengungkapkan ulang teks dalam bahasa asal dengan menggunakan kata-kata yang berbeda tetapi dengan makna yang sama. Contohnya adalah mengganti sinonim, mengalihkan kata benda menjadi kata kerja, atau mengubah gaya bahasa untuk target audiens yang berbeda. Terjemahan intralingual sering terjadi dalam penerjemahan karya sastra untuk menghadirkan gaya dan nuansa bahasa yang sesuai dengan budaya sasaran.

Terjemahan Interlingual (Interlingual Translation)

Terjemahan interlingual adalah bentuk penerjemahan yang paling umum, di mana teks dalam bahasa asal diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran. Tujuannya adalah untuk menyampaikan makna dari teks asli secara akurat dan tepat ke dalam bahasa target. Penerjemahan interlingual ini berfokus pada perbedaan struktur dan kosakata antara bahasa asal dan bahasa sasaran serta mempertimbangkan konteks budaya dan sosial. Ini adalah jenis penerjemahan yang sering dijumpai dalam dokumen, teks akademis, dan konten bisnis.

Terjemahan Intersemiotik (Intersemiotic Translation)

Kategori ini mencakup proses mengubah teks dari satu sistem semiotik ke sistem semiotik lainnya. Ini berarti mengubah makna dari satu bentuk representasi ke bentuk representasi lain, misalnya dari teks tertulis ke gambar, tarian, atau musik. Terjemahan intersemiotik dapat ditemui dalam penerjemahan karya sastra ke dalam film atau pementasan panggung, di mana teks tulisan diadaptasi menjadi bahasa visual atau bahasa gerak.

Terjemahan Intralingual Beberapa Nada (Intralingual Translation in Different Tones)

Kategori ini melibatkan pengalihan teks ke nada atau gaya bahasa yang berbeda tanpa mengubah makna dasar teks. Misalnya, teks asli mungkin memiliki nada resmi, tetapi dalam terjemahan, dapat diubah menjadi lebih santai atau sebaliknya, tetapi inti pesan tetap sama. Terjemahan semacam ini mungkin bergantung pada tujuan dan konteks komunikasi yang berbeda dalam bahasa target.

Terjemahan Interlingual Beberapa Nada (Interlingual Translation in Different Tones)

Mirip dengan terjemahan intralingual beberapa nada, kategori ini mencakup perubahan nada atau gaya bahasa dalam terjemahan dari bahasa asal ke bahasa sasaran. Bedanya adalah bahwa dalam terjemahan interlingual beberapa nada, perbedaan gaya bahasa atau nada lebih berhubungan dengan perbedaan budaya atau karakteristik bahasa target. Misalnya, teks formal dalam bahasa asal mungkin harus diubah menjadi lebih ramah atau mengikuti norma bahasa sasaran yang lebih santai.

Terjemahan Intersemiotik Beberapa Nada (Intersemiotic Translation in Different Tones)

Kategori terakhir ini menggabungkan konsep terjemahan intersemiotik dengan perubahan nada atau gaya bahasa. Dalam hal ini, teks dalam bahasa asal diterjemahkan ke dalam bentuk representasi semiotik yang berbeda, sambil mengubah nada atau gaya bahasa sesuai dengan tujuan komunikatif di dalam budaya sasaran. Misalnya, dalam mengadaptasi cerita rakyat ke dalam sebuah karya seni visual, penerjemah harus mempertimbangkan konteks budaya dan seni sasaran serta gaya bahasa yang sesuai.

Penerapan Kategori Terjemahan Jakobson

Penerjemahan merupakan kegiatan yang kompleks dan memerlukan pemahaman yang mendalam tentang bahasa, budaya, dan konteks komunikasi. Pengkategorian terjemahan oleh Roman Jakobson memberikan landasan yang berharga bagi para penerjemah dalam memahami dan menghadapi berbagai tantangan dalam penerjemahan.

Terjemahan intralingual dapat membantu penerjemah dalam menghadapi situasi di mana kata-kata atau kalimat tertentu dalam bahasa sumber tidak memiliki padanan yang tepat dalam bahasa target. Dengan merubah gaya bahasa atau menggunakan sinonim yang sesuai, penerjemah dapat tetap mengungkapkan makna yang diinginkan dalam bahasa sasaran.

Penerjemahan interlingual tetap menjadi kategori terjemahan yang paling banyak digunakan dan menuntut keakuratan dan ketelitian untuk memastikan pesan asli terjaga dengan baik. Kemampuan memahami perbedaan struktur bahasa, budaya, dan penggunaan kosakata antara bahasa sumber dan sasaran adalah keterampilan yang sangat penting bagi penerjemah profesional.

Penerjemahan intersemiotik dapat memperluas cakupan terjemahan dengan mengubah teks tertulis menjadi bentuk lain seperti gambar, musik, atau gerakan. Ini memungkinkan teks untuk diadaptasi ke dalam bentuk-bentuk ekspresi artistik lainnya sehingga dapat mencapai audiens yang lebih luas.

Sementara itu, kategori terjemahan beberapa nada - baik dalam konteks intralingual maupun interlingual - memungkinkan penerjemah untuk menyesuaikan pesan dengan konteks komunikasi yang berbeda. Ini sangat penting dalam mencapai efek komunikasi yang diinginkan dan menjaga kesesuaian gaya bahasa dengan audiens sasaran.

Dalam penerjemahan intersemiotik beberapa nada, penerjemah perlu memiliki pemahaman mendalam tentang budaya sasaran dan cara menyampaikan pesan dengan tepat dalam bentuk semiotik yang baru.

Secara keseluruhan, pengkategorian terjemahan menurut Jakobson membuka pandangan baru tentang berbagai aspek penerjemahan dan membantu para penerjemah untuk mencapai komunikasi lintas bahasa yang efektif. Dengan memahami fungsi-fungsi yang berbeda ini, penerjemah dapat lebih fleksibel dan kreatif dalam memastikan pesan yang akurat dan sesuai dengan konteks bahasa target. Selain itu, terjemahan bukan hanya tentang menggantikan kata-kata dari satu bahasa ke bahasa lain, tetapi juga tentang mencermati unsur-unsur semiotik dan nuansa budaya yang melibatkan penerjemahan. Pendekatan ini memastikan bahwa pesan yang disampaikan tetap relevan dan bermakna dalam konteks budaya dan sosial bahasa sasaran.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Whatsapp-Button